Transjakarta Menuju Perusahaan Berkelas Dunia


 

 

Pagi,Pagi,Pagi, Luar Biasa. 

Kalimat ini berulang kali menggema Aula lantai 3 kantor Transjakarta, Jakarta Timur, Jumat (30/11). Ratusan karyawan Transjakarta secara serentak melontarkan kata-kata tersebut dengan lantang menggambarkan semangat luar biasa pada tradisi baru yang digelar pertama kalinya oleh korporasi, Town Hall Meeting.

Pertemuan manajemen dengan karyawan umumnya memang menjadi kegiatan rutin perusahaan berskala internasional. Kegiatan ini bertujuan membangun komunikasi maupun suasana kerja yang kolaboratif antara manajemen dengan karyawan. Hal ini disampaikan Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono. “Kita harus menjadi perusahaan yang berkelas dunia,” tegasnya.

Untuk merealisasikan visi itu, menurutnya, Direksi Transjakarta telah menyepakati fokus maupun prioritas di 2019 dari rapat yang digelar pada akhir pekan lalu. “Pertama adalah Anda, insan Transjakarta,” ungkap Agung yang disambut meriah dengan tepuk tangan dari seluruh karyawan Transjakarta.

Ia memaparkan bahwa di dalam forum tersebut, Direksi Transjakarta sepakat pengembangan dan manajemen sumber daya manusia (SDM) merupakan prioritas pertama. “Ini yang sangat penting, kita tidak bisa membuat kota ini mau maju, gak akan bisa membuat pelanggan bahagia, kalau kita nya tidak punya semangat untuk maju, kalau kita tidak merasa dalam hati kita merasa bahagia bekerja,” kata Agung.

Manajemen Transjakarta berjanji akan melakukan berbagai upaya dan langkah pengembangan dan pengelolaan SDM agar lebih baik ke depannya.

Yang kedua adalah integrasi seluruh moda transportasi sesuai mandat Gubernur DKI Jakarta untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Memudahkan penumpang untuk berpindah. “Beberapa bulan ke depan ini akan jadi fokus kita, bangun halte di Bundaran Hotel Indonesia, bangun penghubung antara halte CSW dengan Stasiun Sisingamangaraja, perluasan atau perpindahan Halte Tosari agar penumpang lebih nyaman dan bisa berpindah ke MRT,” paparnya.

Dan yang ketiga adalah strategi komunikasi efektif dalam mengimplementasikan seluruhnya. Melalui penyampaian informasi ataupun pesan yang tepat maka target yang ditetapkan akan tercapai.

Selanjutnya yang keempat yakni keterjangkauan 500 meter pada moda transportasi umum. Artinya dari titik awal dapat mengakses angkutan umum dengan mudah. “Orang dengan mudah mencapai angkutan umum, dan ini yang sedang kita siapkan, kita lakukan sebuah studi yang harus selesai tahun depan, dan ini bisa terjadi dengan kita mengintegrasikan operator-operator angkutan umum,” jelas Agung.

Direksi Transjakarta juga menyepakati poin kelima yang diutamakan adalah pendapatan non tiket (non farebox revenue). Karena selama ini Transjakarta mengandalkan public service obligation (PSO). Padahal perusahaan transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini memiliki berbagai potensi untuk mendapatkan revenue dari berbagai fasilitas yang ada, antara lain bus, halte, bahkan jembatan penyeberangan orang (JPO).

Saat ini sedang dilaksanakan kajian oleh Direktorat Pengembangan dan Pelayanan untuk pendapatan non tiket. “Bisa iklan ataupun telekomunikasi atau pengembangan kawasan transit oriented development (TOD),” tambahnya.