
JAKARTA, 17 Juli 2025 - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus mendorong transformasi digital dengan mengembangkan tiga teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk mentransformasi sistem layanan dan operasional menjadi lebih cerdas, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan pelanggan.
Dalam ajang Digital CIO Indonesia 2025 di JW Marriot Hotel Jakarta, Direktur Sistem Teknologi Informasi dan Pelayanan Transjakarta, Raditya Maulana Rusdi, menyampaikan bahwa inisiatif ini merupakan bagian dari roadmap besar digitalisasi Transjakarta yang menempatkan teknologi sebagai penggerak utama evolusi layanan transportasi publik.
“Kami sedang mengembangkan sistem layanan berbasis AI untuk memastikan setiap pelanggan mendapatkan pengalaman yang lebih cepat, lebih personal, dan lebih aman. Teknologi ini akan menjadi fondasi penting menuju transportasi publik masa depan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan,” ujarnya.
Tiga Teknologi AI yang sedang dikembangkan Transjakarta:
1. AI Text: Menuju Layanan dengan AI Agent dan Agentic AI
Transjakarta sedang mengembangkan AI Agent berbasis generative AI yang mampu berinteraksi langsung dengan pelanggan secara natural melalui chatbot dan text-to-speech. Agent ini tidak sekadar menjawab pertanyaan, tapi didesain menjadi agentic AI-mampu memahami konteks, mengambil keputusan, dan memberikan informasi secara aktif untuk kebutuhan seperti info rute, bus datang, atau barang hilang.
2. AI Vision: Penglihatan Mesin untuk Operasional
Teknologi AI Vision memanfaatkan computer vision dari aliran data CCTV untuk mendeteksi jumlah pelanggan di halte, memantau pergerakan armada, serta mendukung efisiensi operasional berbasis data.Sebagai bagian dari sistem keselamatan, Transjakarta juga telah mulai menerapkan Driver Monitoring System (DMS) yang mendeteksi perilaku pengemudi secara real-time untuk memastikan standar keamanan tinggi.
3. Recommendation Engine: Analitik untuk Keputusan Cerdas
Sistem ini dirancang untuk menganalisis big data layanan dan pola perjalanan pelanggan guna memberikan rekomendasi strategis-mulai dari usulan rute baru, peningkatan frekuensi armada, hingga potensi kemitraan berbasis data.
Raditya menambahkan bahwa selain aspek teknologi, transformasi ini juga menyasar perubahan pola pikir dan kemampuan internal.
“Kami percaya adopsi AI tidak hanya soal sistem, tapi juga kesiapan manusia di dalamnya. Kami sedang membentuk budaya kerja baru, di mana seluruh SDM memahami peran data dan AI dalam menciptakan layanan publik yang jauh lebih baik,” tutupnya.